Majlis Walisongo Gelar Pengajian Akbar Sekaligus Haul dan Harlah di Ponpes Nurul Muttaqin
Pengajian umum dalam rangka Haul Syaikh Abu Dzarin, Harlah ke-20 Majlis Walisongo, serta Peringatan Tahun Baru Islam 1447 Hijriyah berlangsung meriah dan khidmat di halaman Pondok Pesantren Nurul Muttaqin Al-Barokah, Desa Tlogowaru RT 05 RW 05, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Acara ini digelar pada Ahad malam, 29 Juni 2025, dimulai pukul 19.00 WIB dan dihadiri oleh ratusan jamaah dari berbagai wilayah.
Suasana religius dan penuh kebersamaan terasa sejak awal acara. Jamaah datang dari berbagai kalangan, baik dari wilayah Kota Malang maupun luar kota. Turut hadir pula jamaah dari Dusun Temu dan Buwek yang tergabung dalam kelompok jamaah TEBU, yang dikenal aktif dan kompak dalam menghadiri berbagai kegiatan keagamaan.
Tiga Momen Disatukan dalam Satu Pengajian
Panitia mengemas acara ini sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap tiga momen penting. Pertama adalah haul Syaikh Abu Dzarin, tokoh yang menjadi panutan dalam perjuangan dakwah Islam. Kedua, peringatan hari lahir atau harlah ke-20 Majlis Walisongo yang telah dua dekade berkiprah dalam pembinaan keagamaan dan sosial masyarakat. Ketiga, menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriyah dengan semangat hijrah menuju kehidupan yang lebih baik.
Pengajian ini menjadi momentum bagi masyarakat untuk merenung, memperkuat keimanan, dan mempererat tali silaturahmi. Tiga momen tersebut dijadikan satu dalam satu malam yang sarat hikmah dan doa bersama.
Deretan Kyai dan Ustadz Isi Mauidhoh Hasanah
Acara diisi oleh berbagai tokoh agama yang hadir langsung untuk memberikan tausiyah dan nasehat keagamaan. Sejumlah kyai dan ustadz yang dikenal luas di kalangan masyarakat hadir dalam kegiatan ini. Undangan yang tersebar beberapa hari sebelumnya juga telah memuat foto dan nama-nama kyai yang akan mengisi acara, sehingga menambah antusiasme jamaah untuk hadir lebih awal.
Isi ceramah berkisar tentang pentingnya menjaga iman, memperkuat ukhuwah Islamiyah, dan menyambut tahun baru dengan semangat perubahan yang lebih baik. Jamaah mendengarkan dengan khidmat, banyak di antaranya yang mencatat dan merekam isi tausiyah untuk dijadikan bekal kehidupan sehari-hari.
Jamaah TEBU Turut Semarakkan Pengajian
Kehadiran jamaah dari Temu dan Buwek atau dikenal sebagai jamaah TEBU memberikan warna tersendiri dalam acara ini. Mereka datang dengan penuh semangat, mengikuti rangkaian acara dari awal hingga akhir. Tak hanya hadir secara fisik, jamaah TEBU juga aktif dalam mengikuti sholawat, doa bersama, dan pengisian spiritual lainnya.
Kekompakan mereka menjadi bukti bahwa silaturahmi antarwilayah dan semangat menghadiri majlis ilmu masih sangat tinggi. Mereka juga terlihat berbaur dengan jamaah dari berbagai daerah lainnya dengan ramah dan penuh persaudaraan.
Tumpeng Dalailul Khairat Dibagikan di Akhir Acara
Setelah seluruh rangkaian tausiyah dan doa bersama selesai, panitia membagikan tumpeng Dalailul Khairat sebagai simbol rasa syukur. Tumpeng yang disusun dengan rapi dan tinggi tersebut telah melalui proses doa bersama sebelumnya. Pembagian dilakukan dengan tertib, dan jamaah yang menerima tampak bersyukur serta bahagia menjadi bagian dari kegiatan ini.
Tumpeng ini bukan sekadar makanan, tetapi juga bentuk kebersamaan dan keberkahan dari doa-doa yang dipanjatkan selama acara. Banyak jamaah yang mengabadikan momen tersebut melalui foto bersama dan dokumentasi pribadi.
Doa Penutup Dipimpin KH. Marzuqi Mustamar
Acara diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin langsung oleh KH. Marzuqi Mustamar, salah satu kyai kharismatik yang hadir dalam pengajian malam itu. Suasana menjadi hening dan penuh kekhusyukan saat beliau memimpin doa. Jamaah menundukkan kepala, memanjatkan harapan dan permohonan ampunan, serta doa untuk keselamatan umat dan kemajuan Islam di tahun baru ini.
Doa dari KH. Marzuqi Mustamar menjadi penutup yang penuh makna dan meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh jamaah. Tidak sedikit yang terharu dan merasa tersentuh oleh lantunan doa yang beliau sampaikan dengan penuh keteduhan.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa Majlis Walisongo tetap eksis dan diterima masyarakat luas. Dengan usia ke-20 tahun, majlis ini diharapkan terus berkembang dan semakin memberikan manfaat bagi umat, baik dalam aspek keilmuan, sosial, maupun spiritual.