Petani Ikan dari Seluruh Jawa Timur Berkumpul di Malang
Bale Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, menjadi saksi semangat kolaborasi dan kebangkitan sektor perikanan air tawar di Jawa Timur. Ratusan peserta dari berbagai daerah, mulai dari Ngawi, Madiun, Jombang, Mojokerto, Kediri, Tulungagung, hingga Trenggalek, berkumpul dalam kegiatan Sosialisasi Budidaya Ikan Nila se-Jawa Timur yang sekaligus menjadi momentum Deklarasi Konsorsium Intensif Tilapia Jatim Satu (INTI-JAS).
Kegiatan yang digelar pada Minggu, 26 Oktober 2025 ini menjadi ajang penting untuk memperkuat jejaring antarpetani ikan sekaligus memperkenalkan inovasi dan teknologi budidaya ikan Nila yang lebih efisien, ramah lingkungan, serta berorientasi pasar.
Sambutan Hangat dari Kepala Desa Sitirejo
Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Sitirejo, Bapak Buwang Suharjah, yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi atas dipilihnya Desa Sitirejo sebagai tuan rumah kegiatan tingkat provinsi ini.
“Kami merasa bangga dan berterima kasih karena Desa Sitirejo dipercaya menjadi tempat diselenggarakannya sosialisasi budidaya ikan Nila se-Jawa Timur. Kegiatan ini bukan hanya menambah wawasan bagi warga kami, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa,” ujar bapak Buwang Suharjah dalam sambutannya di hadapan peserta.
Beliau menambahkan bahwa sektor perikanan menjadi salah satu potensi yang mulai dikembangkan di wilayah Wagir, terutama dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap budidaya ikan air tawar sebagai alternatif usaha yang menjanjikan.
“Harapan kami, dari kegiatan ini akan muncul sinergi antara petani ikan, pemerintah daerah, dan lembaga pendukung untuk menciptakan kemandirian ekonomi berbasis sumber daya lokal,” lanjutnya.
Paparan Ilmiah dan Inspiratif dari Dinas Perikanan
Sesi sosialisasi utama diisi oleh Kabid Dinas Perikanan Kabupaten Malang, Bapak Tuwi, yang menjadi narasumber utama. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan pentingnya penerapan teknologi modern dalam budidaya ikan Nila, mulai dari pengelolaan pakan, sistem bioflok, hingga pengendalian kualitas air.
“Budidaya ikan Nila bukan hanya soal membesarkan ikan, tetapi juga bagaimana mengelola lingkungan dan pasar secara berkelanjutan. Kita harus berani berinovasi, karena tantangan ke depan adalah efisiensi produksi dan jaminan kualitas,” jelas bapak Tuwi.
Beliau juga menekankan bahwa pembentukan konsorsium INTI-JAS (Intensif Tilapia Jatim Satu) menjadi langkah strategis dalam memperkuat posisi Jawa Timur sebagai sentra perikanan air tawar di Indonesia. Melalui konsorsium ini, diharapkan para pembudidaya tidak hanya saling bertukar informasi, tetapi juga dapat bekerjasama dalam hal distribusi, permodalan, dan pemasaran hasil panen.
Deklarasi Konsorsium INTI-JAS: Wadah Kolaborasi dan Inovasi
Puncak kegiatan ditandai dengan Deklarasi Konsorsium Intensif Tilapia Jatim Satu (INTI-JAS). Konsorsium ini diinisiasi oleh para pelaku budidaya ikan dari berbagai daerah di Jawa Timur yang memiliki visi bersama untuk mengembangkan budidaya ikan Nila secara intensif dan berkelanjutan.
Dalam deklarasinya, para anggota menyatakan komitmen untuk saling mendukung, meningkatkan produktivitas, serta memperkuat jaringan pemasaran antarwilayah. Konsorsium ini juga berperan sebagai wadah edukasi dan inovasi bagi para pembudidaya agar lebih siap menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan iklim.
Suara dari Peserta: Semangat Kolaborasi yang Menginspirasi
Salah satu peserta yang hadir, Bapak Alip dari Desa Gempolegundi, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, menyampaikan kesannya terhadap kegiatan ini.
“Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat. Kami jadi tahu teknik budidaya Nila yang lebih efisien dan berkelanjutan. Selain itu, kami bisa bertemu dengan rekan-rekan pembudidaya dari daerah lain untuk berbagi pengalaman,” ujar bapak Alip.
Menurutnya, dengan adanya konsorsium INTI-JAS, para petani ikan kini memiliki wadah yang lebih kuat untuk bersuara dan berinovasi. Ia berharap kegiatan serupa bisa dilakukan secara rutin, sehingga jaringan antarpetani semakin solid dan hasil produksi semakin meningkat.
Sinergi Pemerintah dan Masyarakat untuk Ketahanan Pangan
Kegiatan ini mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak karena dianggap mampu menggerakkan ekonomi pedesaan dan mendukung ketahanan pangan nasional. Dinas Perikanan Kabupaten Malang berkomitmen untuk terus memberikan pendampingan teknis, pelatihan, serta fasilitasi akses permodalan bagi para pembudidaya.
Selain itu, acara ini juga menjadi contoh nyata kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha perikanan dalam mendorong kemandirian pangan berbasis sumber daya lokal.
Penutup: Dari Sitirejo untuk Jawa Timur yang Lebih Mandiri
Dengan berakhirnya acara sosialisasi dan deklarasi konsorsium INTI-JAS, para peserta membawa semangat baru untuk mengembangkan sektor perikanan di daerah masing-masing. Desa Sitirejo kini dikenal bukan hanya sebagai desa pertanian, tetapi juga sebagai pusat gerakan baru bagi petani ikan Jawa Timur yang berorientasi pada inovasi dan keberlanjutan.
Melalui kegiatan ini, harapan akan lahirnya generasi pembudidaya ikan yang profesional, kreatif, dan berdaya saing semakin nyata. Seperti yang disampaikan Kepala Desa Buwang Suharjah dalam penutupannya:
“Kita mulai dari desa, tetapi dampaknya untuk seluruh Jawa Timur. Mari kita jaga semangat gotong royong ini demi kemajuan bersama.”