Dalang Ki Sugiono dari Blitar Tampilkan Kesenian Tradisional dalam Perayaan Bersih Desa
SITIREJO, 18 Juli 2025 – Kegiatan Wayang Kulit dengan judul Bimo Suci yang digelar dalam rangka acara Bersih Desa SITIREJO, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, pada Jumat malam, 18 Juli 2025, berhasil menarik perhatian masyarakat setempat. Pertunjukan ini mengangkat tema kisah legenda yang sarat akan nilai moral, diiringi dengan musik gamelan yang khas, membawa masyarakat kembali merasakan kedalaman budaya tradisional Jawa yang sudah jarang disaksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Wayang Kulit: Tradisi yang Menghidupkan Budaya
Seiring dengan dimulainya acara yang dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, warga Dusun Buwek sangat antusias menyaksikan pertunjukan wayang kulit yang digelar di lapangan desa. Dalam acara tersebut, dalang Ki Sugiono, seorang maestro wayang kulit asal Blitar, memukau ribuan pasang mata dengan kemahiran bercerita melalui boneka wayang yang bergerak luwes, menciptakan suasana magis dan dramatis.
Dalang Ki Sugiono yang sudah berpengalaman dalam dunia wayang kulit memimpin pertunjukan dengan penuh semangat. Mengangkat kisah Bimo Suci, pertunjukan ini menceritakan perjalanan hidup Bimo, seorang tokoh dalam dunia pewayangan yang terkenal karena kesucian hati dan keberaniannya. Di balik cerita epik tersebut, terselip pesan moral yang mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan hati dan lingkungan.
“Wayang bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kehidupan. Melalui pertunjukan ini, kita bisa belajar untuk lebih mencintai tradisi, menjaga alam sekitar, serta mempererat rasa kebersamaan dalam komunitas,” ungkap Ki Sugiono saat memberikan sambutan.
Kehadiran Tokoh-Tokoh Desa dan Masyarakat yang Antusias
Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting desa, yang turut memeriahkan jalannya perayaan Bersih Desa. Kepala Desa SITIREJO, Bapak Buwang Suharjah, menyampaikan bahwa acara ini merupakan wujud dari upaya untuk melestarikan budaya dan tradisi yang telah ada sejak lama.
“Acara seperti ini adalah bagian dari upaya kami untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal. Selain itu, perayaan Bersih Desa ini juga sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan membangun kesadaran untuk menjaga kebersihan desa,” ujar Bapak Buwang Suharjah.
Tak ketinggalan, Kepala Dusun Buwek, Bapak Gatot Tri, serta Bhabinkamtibmas Desa SITIREJO, Bapak Doni, dan Babinsa Desa SITIREJO, Bapak Fauzan, hadir untuk menyaksikan jalannya acara. Kehadiran mereka memberikan dukungan moral yang besar terhadap pelestarian seni tradisional, sekaligus memperlihatkan perhatian pemerintah desa terhadap kebudayaan lokal yang terus berkembang.
Selain para pejabat desa, kehadiran ibu-ibu PKK Desa SITIREJO yang turut meramaikan acara juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Ibu-ibu yang terlibat dalam berbagai kegiatan sosial di desa ini, tampak antusias mengikuti pertunjukan sambil berdiskusi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kebersihan desa dan pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Acara Puncak: Upacara Bersih Desa dan Wayang Kulit
Setelah melalui serangkaian acara, dimulailah prosesi puncak, yaitu Upacara Bersih Desa yang diawali dengan doa bersama dan penanaman simbolis bibit pohon di beberapa titik sekitar lapangan desa. Upacara ini dihadiri oleh masyarakat yang telah menunggu sejak sore hari. Prosesinya berjalan dengan khidmat, yang mengingatkan semua pihak untuk senantiasa menjaga kesucian dan kebersihan, baik dalam konteks lingkungan maupun kehidupan sosial.
“Bersih desa bukan hanya tentang membersihkan lingkungan fisik, tetapi juga menjaga kebersihan batin dan hubungan antarwarga,” ujar Bapak Buwang Suharjah dalam sambutannya. Menurutnya, acara ini tidak hanya sebagai bentuk tradisi yang sudah turun-temurun, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan, keharmonisan, dan persatuan di desa.
Wayang Kulit Bimo Suci menjadi bagian penting dalam acara tersebut. Sambil menikmati pertunjukan, masyarakat desa semakin merasakan kedekatan dengan tradisi dan budaya mereka yang sudah diwariskan oleh leluhur. Satu hal yang pasti, meski zaman terus berkembang, namun tradisi ini tetap hidup dan diterima oleh generasi muda, yang juga ikut hadir dalam pertunjukan tersebut.
Melestarikan Budaya untuk Generasi Mendatang
Pentingnya melestarikan seni tradisional seperti wayang kulit tidak hanya dirasakan oleh para pelaku budaya, tetapi juga oleh generasi muda yang kini semakin tergerus oleh teknologi dan hiburan modern. Ki Sugiono mengungkapkan kekhawatirannya tentang masa depan kesenian tradisional ini, yang semakin terpinggirkan oleh budaya asing.
“Ini adalah tanggung jawab kita semua untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya kita, termasuk wayang kulit, agar bisa terus dinikmati oleh anak cucu kita,” kata Ki Sugiono. Ia pun berharap melalui pertunjukan seperti ini, masyarakat lebih sadar akan pentingnya melestarikan tradisi dan mengajarkan nilai-nilai tersebut kepada generasi muda.
Di akhir acara, Bapak Buwang Suharjah kembali menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh masyarakat yang telah berpartisipasi aktif dalam acara tersebut, termasuk para panitia yang telah bekerja keras mempersiapkan acara sejak jauh-jauh hari. “Ini adalah bukti kebersamaan kita dalam menjaga tradisi dan menciptakan suasana yang harmonis di desa kita,” tuturnya.
Harapan untuk Masa Depan
Perayaan Bersih Desa SITIREJO tahun 2025 ini tidak hanya sekadar menjadi ajang untuk menyaksikan kesenian wayang kulit, tetapi juga sebagai momentum penting dalam mempererat hubungan sosial, menjaga kebersihan desa, dan melestarikan tradisi budaya. Kehadiran tokoh-tokoh penting desa dan masyarakat yang antusias, menjadi bukti nyata bahwa budaya tradisional masih memiliki tempat di tengah perkembangan zaman yang semakin maju.
Dengan adanya acara seperti ini, diharapkan generasi mendatang akan terus mengapresiasi dan melestarikan budaya lokal, sehingga tradisi seperti Wayang Kulit akan tetap hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.