Puluhan pemuda dari berbagai latar belakang agama berkumpul dalam acara yang penuh makna di Pura Sambi Agung Sapto Argo, Kesamben, Ngajum, Kabupaten Malang. Camp Pemuda Lintas Agama yang digelar pada 9 hingga 10 Agustus 2025 ini bertujuan untuk memperkuat moderasi beragama dan mendorong persatuan di Indonesia melalui dialog antar-umat beragama.
Acara ini mengusung tema “Satukan Rasa untuk Indonesia Raya”, yang mengajak semua pihak untuk memperkuat nilai-nilai toleransi, moderasi beragama, dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, aktivis pemuda, serta perwakilan umat dari beragam agama, termasuk Hindu, Katolik, Kristen, dan Islam.
Pembukaan yang Menginspirasi
Camp Pemuda Lintas Agama dimulai dengan sambutan penuh semangat dari berbagai perwakilan, salah satunya adalah perwakilan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Malang, Bapak Dionisius Lisyanto. Dalam sambutannya, Bapak Dionisius menyampaikan bahwa tema yang diangkat dalam kegiatan ini tidak hanya sekadar sebuah slogan, tetapi sebuah panggilan untuk bersatu sebagai bangsa Indonesia yang plural. “Satukan Rasa berarti menyatukan perbedaan, berbagai pandangan, dan keyakinan, untuk satu tujuan mulia. Sedangkan Indonesia Raya adalah wujud dari persatuan itu,” ujarnya.
Sambutan serupa disampaikan oleh Ketua Panitia, Mas Erik, yang juga merupakan Ketua Gusdurian Kanjuruhan. Ia menegaskan bahwa pertemuan lintas agama seperti ini adalah sebuah sarana yang efektif untuk membangun jembatan persaudaraan. “Melalui perjumpaan ini, kita belajar bahwa kedamaian dapat terwujud ketika kita mau menyapa dan duduk bersama, meski berbeda keyakinan,” kata Mas Erik, yang juga berterima kasih atas dukungan dari berbagai pihak, terutama umat Hindu yang menjadi tuan rumah.
Selama kegiatan berlangsung, para peserta memperoleh berbagai materi dari tokoh lintas agama dan aktivis pemuda yang mendorong pentingnya sikap inklusif dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai topik yang dibahas termasuk strategi advokasi toleransi, perspektif toleransi dalam ajaran agama, hubungan antara budaya dan psikologi dengan sikap inklusif, serta peran pemuda dalam membangun moderasi beragama.
Pesan Penting dari Para Pemateri
Salah satu pemateri yang menarik perhatian peserta adalah pesan sederhana namun dalam, yang disampaikan tentang pentingnya interaksi sosial dalam membangun toleransi. “Bermasyarakat itu tidak perlu eksklusif, cukup guyup, sapa, dan ngopi,” ujar salah satu narasumber. Pesan ini mendapat sambutan positif dari peserta, yang merasa bahwa interaksi sehari-hari yang hangat dan penuh pengertian bisa menjadi kunci untuk menjaga persatuan antarumat beragama.
Gusdurian, pemuda Katolik serta perwakilan dari Garuda (Gusdurian Muda Kota Malang), GKJW, dan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) bersama-sama berkomitmen untuk terus mengembangkan sikap saling menghargai, dan merawat keberagaman yang ada di Indonesia. Acara ini tidak hanya menjadi wadah belajar, tetapi juga menjadi ruang untuk mempererat ikatan antara pemuda dari berbagai latar belakang agama.
Terima Kasih kepada Umat Hindu dan Tuan Rumah Pura Sambi Agung Sapto Argo
Sebagai tuan rumah acara ini, umat Hindu di Pura Sambi Agung Sapto Argo mendapatkan apresiasi yang tinggi dari seluruh peserta. Dalam acara penutupan, perwakilan dari Pemuda Katolik Kabupaten Malang serta peserta lainnya menyampaikan ucapan terima kasih kepada umat Hindu yang telah menyediakan tempat yang nyaman, serta konsumsi yang memadai untuk para peserta Camp Pemuda Lintas Agama. “Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada umat Hindu di Pura Sambi Agung Sapto Argo Kesamben Ngajum, yang telah menjadi tuan rumah terbaik. Tempat yang indah ini memberikan suasana yang sangat mendukung bagi kami untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman,” ujar salah satu peserta dengan penuh rasa syukur.
Harapan untuk Masa Depan
Kegiatan Camp Pemuda Lintas Agama ini diharapkan menjadi langkah awal bagi pemuda Indonesia untuk lebih memahami satu sama lain, dan mengimplementasikan nilai-nilai toleransi serta moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Gusdurian, bersama dengan Pemuda Katolik Kabupaten Malang, berharap bahwa acara ini bisa menjadi contoh bagi komunitas-komunitas lain untuk terus merawat keberagaman dan persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia yang kuat, menurut mereka, bisa terwujud melalui pemahaman, dialog, dan kolaborasi lintas agama yang dilakukan secara terus-menerus.
Dengan semangat yang tinggi, seluruh peserta kembali ke komunitas masing-masing dengan keyakinan bahwa moderasi beragama bukanlah sesuatu yang sulit untuk diwujudkan. Dialog, saling menghargai, dan bekerjasama adalah kunci utama dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman yang ada di Indonesia.
Tags
keagamaan