Dusun Sawun, Desa Jedong, – Umat Hindu di Desa Jedong, merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan dengan penuh khidmat dan sukacita di Pura Ukir Rahtau Luhur RT 02 RW 03 Dusun Sawun desa Jedong kecamatan Wagir. Perayaan yang berlangsung selama dua minggu ini menjadi momen penting bagi umat Hindu setempat untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Rangkaian Acara Dimulai Sejak Hari Penampahan Galungan
Kegiatan keagamaan telah dimulai sejak hari Penampahan Galungan, sehari sebelum Galungan, di mana warga secara gotong royong melakukan persiapan bersama di lingkungan pura dan rumah masing-masing. Suasana kekeluargaan begitu terasa ketika warga, baik orang tua maupun anak-anak, bergotong royong membuat Penjor, menyusun Banten (sesajen), serta membersihkan area pura.
Penjor-penjor indah yang terbuat dari bambu dihiasi janur dan berbagai simbol keagamaan tampak berderet di sepanjang jalan menuju pura. Suasana desa menjadi lebih sakral dan penuh semangat keagamaan.
Pelaksanaan Persembahyangan Galungan
Pada hari Galungan, Rabu (23/4), umat Hindu di Dusun Sawun memadati Pura Ukir Rahtau Luhur sejak pagi hari untuk melaksanakan persembahyangan. Suasana damai dan khusyuk menyelimuti seluruh area pura. Dengan mengenakan busana adat Bali berwarna putih, para umat bersembahyang bersama memanjatkan doa sebagai bentuk rasa syukur atas kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).
Bapak Supriono, tokoh masyarakat sekaligus pemuka adat setempat, menyampaikan bahwa perayaan Galungan bukan hanya momen spiritual, tetapi juga menjadi ajang menjaga tradisi dan memperkuat rasa persatuan antarwarga.
“Galungan ini adalah simbol kemenangan kebaikan, dan setiap tahun kami rayakan sebagai pengingat untuk tetap menjaga harmoni dalam hidup bermasyarakat,” ujar bapak Supriono.
Kegiatan Sosial dan Budaya Warnai Perayaan
Selain kegiatan persembahyangan, rangkaian Galungan dan Kuningan juga diisi dengan berbagai kegiatan sosial dan budaya. Warga menggelar Megibung (makan bersama) di balai banjar, yang menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Anak-anak dan remaja dari dusun juga menampilkan tarian tradisional seperti Tari Pendet dan Baris, yang dipersiapkan selama beberapa minggu sebelumnya. Kegiatan ini mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat dan turut menjaga kelestarian budaya Bali di luar daerah asalnya.
Puncak Perayaan Kuningan
Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu kembali berkumpul di Pura Ukir Rahtau Luhur untuk merayakan Hari Raya Kuningan,Sabtu (3/5/2025). Kuningan merupakan puncak dari rangkaian perayaan Galungan, di mana umat meyakini leluhur yang telah datang saat Galungan akan kembali ke alamnya.
Pada hari ini, sesajen khusus berupa Nasi kuning dan Tamiang (hiasan berbentuk bundar dari janur) disiapkan sebagai simbol kesejahteraan dan perlindungan. Warga kembali bersembahyang dengan penuh khidmat, diiringi suara gamelan baleganjur yang menambah suasana religius.
Harapan dan Komitmen Melestarikan Tradisi
Dalam penutupan rangkaian acara, Bapak Supriono menyampaikan apresiasinya kepada seluruh warga yang telah menjaga semangat kebersamaan dan keagamaan. Ia juga menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam melestarikan budaya dan tradisi Hindu, khususnya di daerah yang jauh dari Bali.
“Kami berharap generasi muda terus diberi ruang untuk belajar dan berperan dalam tradisi ini. Pura bukan hanya tempat sembahyang, tetapi juga tempat membentuk karakter dan jati diri budaya,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan harapan agar pemerintah desa dan tokoh masyarakat terus bekerja sama dalam mendukung kegiatan keagamaan dan pelestarian budaya di Dusun Sawun.
Penutup
Perayaan Galungan dan Kuningan di Pura Ukir Rahtau Luhur menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai spiritual, budaya, dan kebersamaan masih dijaga erat oleh umat Hindu di Desa Jedong. Dengan semangat gotong royong dan kebhinekaan, tradisi ini tidak hanya menjadi warisan leluhur, tetapi juga sumber kekuatan moral bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan yang harmonis dan seimbang.
Tags
keagamaan