Majelis Cinta Umat di Kediaman Abah Anton Tlogomas Dihadiri Jamaah Tebu Temu
Kamis malam ba’da isya, suasana di kawasan Tlogomas terasa lebih tenang dari biasanya. Kediaman Abah Anton menjadi titik berkumpulnya ratusan jamaah perempuan dari berbagai wilayah, termasuk jamaah Tebu Temu yang turut hadir malam itu dalam rangka menghadiri Majelis Cinta Umat. Majelis ini rutin digelar setiap Kamis malam, dan menjadi salah satu kegiatan yang dinanti oleh banyak kalangan karena suasananya yang khusyuk, hangat, dan penuh keberkahan.
Jamaah mulai berdatangan sejak sebelum isya. Mereka duduk rapi dengan pakaian yang sopan dan sederhana, memenuhi area yang telah disiapkan. Tidak ada sekat-sekat yang membatasi, semua berkumpul dalam satu majelis yang dipenuhi rasa persaudaraan dan saling menghormati.Begitu azan isya berkumandang, sebagian jamaah terlebih dahulu melaksanakan salat isya secara berjamaah. Setelah itu, acara inti dimulai dengan pembacaan istigosah dan dzikir bersama yang dipimpin oleh Gus Saji. Suara lantunan kalimat thayyibah menggema di seluruh ruangan, menciptakan nuansa damai yang menyentuh hati. Setiap ucapan istighfar, tasbih, dan tahmid dilantunkan bersama-sama, membawa jamaah pada suasana spiritual yang tenang dan menyejukkan.
Setelah dzikir, dilanjutkan dengan doa bersama yang juga dipimpin langsung oleh Gus Saji. Jamaah menadahkan tangan, menyebut nama Allah dalam harapan dan permohonan mereka. Beberapa terlihat menitikkan air mata, tenggelam dalam kekhusyukan dan harapan yang hanya mereka dan Allah yang tahu. Doa tersebut menjadi penguat batin sekaligus pelepas penat dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.
Tak lama setelah doa, jamaah masih duduk tenang untuk menyimak tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Kusaeri. Dalam penyampaiannya, beliau menekankan pentingnya menjaga sholat lima waktu sebagai tiang agama. Ia mengingatkan bahwa dalam keadaan apapun, jangan sampai meninggalkan sholat karena itu adalah bentuk komunikasi paling langsung antara hamba dengan Sang Pencipta.
Selain itu, Ustadz Kusaeri juga menyinggung pentingnya menjaga akhlak. Dalam kehidupan sehari-hari, tutur kata dan perbuatan mencerminkan siapa diri kita sesungguhnya. Beliau menyampaikan hal ini dengan gaya yang lugas namun lembut, bahkan sesekali diselingi canda ringan yang membuat jamaah tersenyum dan merasa lebih dekat secara emosional.
Tidak ada seremoni atau penutup formal, semua kegiatan mengalir alami dari satu sesi ke sesi berikutnya. Jamaah menikmati setiap momen dengan sepenuh hati. Tidak ada yang terburu-buru meninggalkan tempat. Bahkan setelah tausiyah selesai, sebagian besar jamaah masih bertahan, saling menyapa, berbincang, dan mempererat ukhuwah satu sama lain.
Kehadiran jamaah Tebu Temu menambah semarak dan kekuatan majelis malam itu. Mereka tampak antusias sejak awal hingga akhir, menyatu dengan jamaah lain tanpa sekat. Bukan hanya karena ingin hadir secara fisik, tapi karena hati mereka juga hadir sepenuhnya dalam majelis tersebut. Rasa syukur dan bahagia tergambar jelas di wajah-wajah yang hadir malam itu.
Majelis Cinta Umat ini memang bukan sekadar tempat mendengarkan ceramah. Ia menjadi ruang penguat iman, tempat berbagi ketenangan, dan sumber semangat bagi banyak muslimah. Tidak ada batasan usia atau golongan, semua diterima dan dihargai.
Kegiatan seperti ini menjadi salah satu bukti bahwa dakwah bisa disampaikan dengan lembut, penuh cinta, dan tetap membumi. Sebuah ruang yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tapi juga memperkuat hubungan antar sesama muslim.