Jamaah Tebu Hadiri Majelis Cinta Umat Abah Anton, Tetap Istiqomah Duduk Bersama dalam Doa dan Dzikir
Majelis rutin Cinta Umat kembali digelar dengan penuh kekhusyukan di awal Muharram 1447 H. Jamaah dari berbagai wilayah turut hadir dalam acara yang berlangsung pada malam Jumat tersebut. Tidak ketinggalan, jamaah dari Sitirejo yang tergabung dalam jamaah Tebu juga hadir dengan semangat yang tak pernah surut. Kegiatan kali ini diselenggarakan di kediaman Abah Anton yang berlokasi di Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Seperti biasanya, majelis ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus wadah memperkuat iman dan menambah ilmu agama. Suasana terasa damai sejak awal, dengan para jamaah yang telah memenuhi ruangan sejak selepas Maghrib. Mereka hadir dengan penampilan rapi, mengenakan kerudung berwarna-warni yang tertata dalam barisan duduk yang teratur.
Dzikir dan Istigosah Dipimpin Gus Saji
Setelah salat Isya berjamaah, acara dilanjutkan dengan dzikir dan istigosah bersama. Dzikir malam itu dipimpin langsung oleh Gus Saji, yang memang sudah akrab bagi para jamaah karena kelembutan suara dan keteraturannya dalam memimpin bacaan. Seluruh jamaah mengikuti lantunan dzikir dengan khidmat, mengulang tiap bacaan dengan penuh kekhusyukan.
Dzikir yang dibacakan mencakup pujian kepada Allah dan sholawat Nabi, kemudian dilanjutkan dengan bacaan istigosah yang ditujukan sebagai bentuk permohonan ampun dan keselamatan untuk umat. Doa-doa tersebut dipanjatkan dengan penuh harap agar awal tahun hijriah ini membawa keberkahan dan ketenangan jiwa bagi semua yang hadir.
Tausiah Oleh KH.Nursalim dari Kebonsari
Setelah dzikir dan istigosah selesai, acara dilanjutkan dengan tausiah agama oleh KH. Nursalim dari Kebonsari. Dengan pembawaan yang tenang dan bahasa yang sederhana, beliau menyampaikan kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW, khususnya yang berkaitan dengan momen datangnya bulan Muharram. Beliau mengajak jamaah untuk menjadikan awal tahun hijriah ini sebagai kesempatan memperbaiki diri, memperkuat amal, dan mempererat ukhuwah.
Dalam tausiah tersebut, beliau juga menyinggung tentang pentingnya puasa di bulan Muharram, terutama puasa Asyura pada tanggal 10. Menurut beliau, puasa Asyura memiliki keutamaan besar karena bisa menghapus dosa setahun yang lalu. Beliau mengajak seluruh jamaah, khususnya para ibu, untuk turut mengajak keluarga dan anak-anak agar ikut menjalankan amalan sunnah ini.KH.Nursalim menekankan bahwa menjaga rutinitas ibadah, memperbanyak dzikir, dan mempererat hubungan sesama muslim adalah langkah penting dalam menjaga cahaya iman dalam kehidupan sehari-hari. Tausiah yang disampaikan pun mampu menyentuh hati para jamaah yang hadir malam itu.
Kekompakan dan Ketertiban Jamaah
Majelis berlangsung dengan tertib dan lancar. Meski jumlah jamaah sangat banyak, ruangan tetap kondusif dan tenang. Para jamaah duduk bersaf-saf tanpa ada keributan. Bahkan anak-anak yang dibawa pun tampak tertib duduk bersama orang tuanya, mengikuti alur acara dengan penuh rasa hormat.
Kehadiran jamaah Tebu dari Sitirejo memberikan warna tersendiri dalam kegiatan ini. Dengan kekompakan dan semangat kebersamaan, mereka menunjukkan bahwa semangat menghadiri majelis ilmu tetap terjaga dari waktu ke waktu. Warga Sitirejo memang dikenal aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, baik di desa sendiri maupun di luar wilayah, seperti malam itu.
Penutup Penuh Harapan
Acara ditutup dengan doa yang dipimpin langsung oleh KH.Nursalim. Dengan suara lembut dan penuh keyakinan, beliau memanjatkan doa agar semua jamaah diberikan umur panjang, rezeki halal, keteguhan iman, serta kedamaian hati. Suasana menjadi hening dan khusyuk ketika doa mengalir, membuat sebagian jamaah terlihat meneteskan air mata haru.
Setelah doa penutup, para jamaah bersalaman, saling mendoakan, dan sebagian ada yang mendokumentasikan kegiatan bersama. Meski acara berlangsung hingga malam, wajah-wajah jamaah tetap berseri. Terlihat bahwa kegiatan ini benar-benar memberi ketenangan dan kekuatan batin.
Kegiatan Majelis Cinta Umat di kediaman Abah Anton malam itu meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir. Tidak hanya sebagai rutinitas spiritual, tapi juga sebagai pengikat kebersamaan dan penguat nilai-nilai keislaman di tengah masyarakat.
Dengan semangat menyambut tahun baru hijriah, semoga kegiatan semacam ini terus berlangsung dan semakin mempererat hubungan antarsesama muslim. Jamaah Tebu pun berharap bisa terus istiqomah hadir dan membawa manfaat, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya.