" Perayaan Misa Kamis Putih di Gereja Santo Yohanes Pemandi Janti Malang : Moment Refleksi Dalam Tahun Yobelium "



Malang – Kamis, 17 April 2025 
Umat Katolik di Gereja Santo Yohanes Pemandi Janti, Malang, memadati bangunan gereja sejak sore hari untuk mengikuti perayaan Misa Kamis Putih. Suasana khidmat dan penuh penghayatan menyelimuti setiap bagian liturgi yang berlangsung, dipimpin langsung oleh Romo Kris. Tahun ini, perayaan Kamis Putih terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan peringatan Tahun Yubelium, sebuah momentum rohani yang jarang terjadi dan sarat makna mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Tahun Yobelium disebut juga sebagai Tahun Suci karena Tahun Yubelium adalah tahun pengampunan dosa, pembebasan hukuman dosa serta kesempatan umat untuk memperbarui iman melalui pertobatan.

Kamis Putih: Mengenang Perjamuan Kudus Terakhir

Dalam homilinya, Romo Kris menekankan makna Kamis Putih sebagai hari peringatan Perjamuan Kudus terakhir yang dilakukan Yesus bersama kedua belas murid-Nya sebelum Ia disalibkan. Momen ini menjadi titik penting dalam sejarah iman Kristen karena pada malam itu, Yesus menetapkan Sakramen Ekaristi, yang kemudian menjadi inti dari perayaan Misa Kudus yang dijalankan umat Katolik hingga hari ini.

“Pada malam sebelum Yesus wafat, Ia duduk bersama para murid-Nya, memecah roti dan berkata, 'Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu.' Ini bukan hanya simbol, melainkan perintah untuk kita semua agar selalu mengenang-Nya dalam Ekaristi,” ujar Romo Kris dalam homilinya.

Perjamuan Kudus terakhir ini menjadi pengingat bagi umat akan cinta kasih Yesus yang tak berkesudahan, yang rela mengorbankan diri demi keselamatan manusia. Dalam suasana tenang dan penuh rasa syukur, umat mengikuti Misa dengan penuh penghayatan, menyadari besarnya kasih Allah yang dianugerahkan melalui pengorbanan Putra-Nya.


Pembasuhan Kaki: Simbol Kerendahan Hati dan Pelayanan

Salah satu bagian paling menyentuh dalam Misa Kamis Putih di Gereja Santo Yohanes Pemandi adalah prosesi pembasuhan kaki. Dalam tradisi Katolik, pembasuhan kaki melambangkan tindakan Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya sebagai bentuk pelayanan yang penuh kasih dan rendah hati.

Romo Kris membasuh kaki dua belas umat terpilih yang mewakili berbagai kalangan, mulai dari lansia, petugas gereja, hingga anak muda. Tindakan ini bukan sekadar seremoni simbolis, melainkan ajakan nyata bagi umat untuk menjalani hidup dalam semangat pelayanan.

“Yesus mengajarkan bahwa siapa yang ingin menjadi besar, hendaklah menjadi pelayan bagi sesamanya. Pembasuhan kaki adalah pelajaran konkret bahwa kekudusan bukan terletak pada kuasa, tetapi dalam kerendahan hati dan kasih yang tulus,” terang Romo Kris.


Tahun Yubelium: Waktu Anugerah dan Pertobatan

Perayaan Kamis Putih kali ini juga menjadi momen istimewa karena berlangsung di tengah peringatan Tahun Yubelium, yang oleh Gereja Katolik dirayakan setiap 25 tahun. Tahun Yubelium adalah masa anugerah dan pembaruan rohani, di mana umat diajak untuk lebih mendekatkan diri pada Allah melalui pertobatan, pelayanan, dan perbuatan kasih.

Romo Kris mengajak seluruh umat untuk menjadikan Tahun Yubelium sebagai momentum memperdalam iman dan memperkuat komitmen hidup Kristiani.

“Jangan biarkan momen Yubelium berlalu begitu saja. Ini adalah undangan Allah untuk kembali kepada-Nya, memperbarui hidup kita, dan membawa terang bagi dunia yang kini diliputi oleh berbagai tantangan,” ujar Romo Kris
dengan nada penuh semangat.

Umat Antusias dan Terharu

Antusiasme umat terlihat sejak awal hingga akhir Misa. Banyak dari mereka mengungkapkan rasa haru dan syukur bisa mengikuti perayaan Kamis Putih di tengah suasana Tahun Yubelium. Ibu Nita, salah satu umat paroki, mengatakan bahwa momen pembasuhan kaki membuatnya merenung tentang arti melayani dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya menangis melihat Romo membasuh kaki umat. Saya teringat bahwa menjadi pengikut Kristus itu artinya harus siap melayani dengan kasih, walau kadang sulit,” ujarnya.



Penutup: Menyongsong Jumat Agung dengan Iman yang Diperbarui

Misa Kamis Putih di Gereja Santo Yohanes Pemandi Janti ditutup dengan adorasi Sakramen Mahakudus, di mana umat diajak untuk hening, berdoa, dan menemani Yesus dalam penderitaan-Nya di Taman Getsemani. Tidak ada perarakan keluar seperti Misa biasa, sebagai tanda memasuki Triduum Paskah yang dimulai dengan Jumat Agung.

Perayaan Kamis Putih ini bukan hanya seremoni tahunan, tetapi menjadi ruang spiritual bagi umat untuk merenungi kasih Allah yang tak terhingga. Di tahun Yubelium yang penuh rahmat ini, umat diajak untuk memperbarui diri dan kembali kepada semangat awal kehidupan Kristiani: kasih, pelayanan, dan pengorbanan.


Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال